View in browser
Insights from Jennie M. Xue
This email newsletter is bilingual in English and Indonesian.

If you want to receive an English-only newsletter, please subscribe to HyperByline.com, a non-fiction book summary service courtesy of Jennifer Xue. You'll love it!

Survival of the Fittest Era Pandemi

[Download PDF KONTAN DAILY Survival of the Fittest Era Pandemi]

oleh Jennie M. Xue

Di era pandemi ini, hanya mereka yang mampu bertahanlah yang dapat terus eksis dan berjaya. Dengan kata lain, “survival of the fittest” alias siapa yang kuat dialah yang bertahan benar-benar dipertaruhkan.

Menurut Managing Partner Monk’s Hill Ventures Peng T. Ong, ada tiga kategori bisnis di era pandemi berdasarkan daya tahan.

Satu, ice bucket. Ini adalah bisnis-bisnis yang totally mati karena kondisi ekonomi dan sosial era pandemi. Omzet menjadi nol, padahal di resesi-resesi lalu, masih bisa bertahan walaupun sangat berkurang.

Sebagai contoh, bisnis bioskop yang memang sudah sepi menjadi super sepi alias tidak ada penonton sama sekali. Bisnis-bisnis lain yang mengandalkan kerumunan orang banyak tentu juga mengalami masa terpojok. Dan cukup banyak yang bangkrut total. Bisa dipahami amusement parks, mal-mal, dan tempat rekreasi lainnya mati kutu.

Dua, bisnis berpivot. Konsumen utama masa pra-pandemi mungkin tidak lagi menjadi sumber omzet utama. Kelompok konsumen baru mempunyai interes lebih tinggi sehingga terjadi perubahan (pivot) target market.

Bisnis restoran dan kafe di masa pra-pandemi didominasi oleh para pecinta kuliner yang makan di tempat, misalnya. Di masa PSBB dan new normal, gaya takeaway via Gofood dan Grab Food atau deliveri langsung oleh resto jelas lebih mengena. Dan ini menyebabkan omzet cukup menurun, namun masih bisa bertahan.

Uniknya, ini membuka kesempatan-kesempatan baru bagi pemain-pemain baru. Baik dalam bisnis kuliner maupun bisnis-bisnis nir tatap muka lainnya.

Misalnya, kursus, training, workshop, dan segala jenis pelatihan lainnya secara pasti memasuki ranah online dan mobile learning. Selain itu, bisnis makanan dan barang-barang konsumen juga semakin mengarah online shopping mengingat stay-at-home merupakan pilihan paling higienis di masa pandemi.

Tiga, bisnis-bisnis pemenang. Dalam kondisi pandemi, jelas yang paling dibutuhkan adalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kesterilan. Selain itu, PSBB atau lockdown sangat membuka kesempatan bisnis online atau berbasis aplikasi yang tidak membutuhkan tatap muka.

APD, masker, dan hand sanitizer termasuk tiga jenis bisnis yang paling populer di masa pandemi. Selain itu, berbagai produk yang mempermudah hidup mengingat setiap hari kita perlu bebersih secara seksama dengan berbagai produk pembersih telah menjadi “new normal.”

Jadilah kondisi “new normal” ini menginspirasi berbagai inovasi barang-barang elektronik yang “self cleaning” seperti dengan sinar UV. Apa yang umumnya ditemukan di rumah sakit, seperti UV disinfection box, kini semakin lazim ditemui di rumah-rumah.

Apabila bisnis Anda termasuk dalam kategori satu dan dua, sangat penting untuk memfokuskan kembali semua sumber daya yang dimiliki. Business model dan revenue model mungkin perlu diperbaiki.

Retensi konsumen juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasca-pandemi. Sekarang adalah waktu terbaik untuk memperhatikan perubahan-perubahan gaya hidup dalam suasana “new normal.”

Selain teknis pelaksanaan disinfeksi dan strelisasi, berbagai aplikasi medis juga semakin populer. Bahkan asuransi Covid-19 sebagai add-on premi induk, sudah menjadi pilihan konsumen.

Lantas, bisnis-bisnis apa yang bisa dipastikan kans suksesnya lebih baik? Bisnis cleaning service termasuk disinfektan, screening pegawai atau pengunjung, bisnis deliveri, online learning, dan fitness at home. Martha Tilaar salon, misalnya kini menawarkan jasa pemotongan rambuh ke rumah-rumah.

Di Asia Tenggara sendiri, consumer behavior shift ini mengubah alur logistik dan finansial. Penghematan budget bisnis dan rumah tangga sehingga berarti harga rendah merupakan pilihan utama.

Akhir kata, survival of the fittest di era pandemi ini membutuhkan kreativitas dan inovasi dalam mengikuti kebutuhan konsumen yang jelas telah berubah. Mari membuka mata dan telinga lebih tajam, sehingga lebih dapat mengikuti kebutuhan-kebutuhan konsumen terkini.[]

KONTAN DAILY, Jumat, 26 Juni 2020

2020-06-27
Share on Facebook Share on Facebook Share on Twitter Share on Twitter Forward email Forward email
Jennie Xue

California, USA

https://www.jenniexue.com/
info@jenniexue.com

You received this email because you signed up on our website or made a purchase from us.

Unsubscribe
MailerLite